Desa Wisata Halal Berbasis Alam di Kabupaten Pekalongan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Kemenparekraf RI) berikan penghargaan terhadap 100 desa dengan nama ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia). Dengan penghargaan ini, sudah mengharumkan citra desa dan berdampak positif bagi kesejahteraan penduduk setempat.

Di pada 100 desa tersebut, belum dijumpai desa wisata yang berasal berasal dari Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Padahal, kabupaten ini mempunyai alam yang indah di sebelah selatan, yaitu Petungkriyono. Di sisi lain, lokasi ini berada terhadap lokasi geografis yang strategis, dan potensial sebagai destinasi pariwisata berbasis pedesaan.

Berbagai teori membuktikan bahwa lokasi dengan jumlah desa yang banyak lebih efisien menjadikan pedesaan sebagai basis pariwisata dengan tidak membiarkan potensi lainnya. Dalam konteks pariwisata modern, kehidupan desa tengah jadi pilihan pariwisata yang menarik. Alam desa mampu jadi kekuatan tarik wisata unggulan bagi area yang berbasis besa. Di sisi lain, kesiapan infrastruktur akan memudahkan wisatawan untuk meraih kepuasan kunjungan.

Atraksi Desa sebagai Daya Tarik Wisata Unggulan

Di Indonesia terdiri berasal dari desa dan kota, tetapi pedesaan jumlahnya lebih banyak. Jadi, bagi Indonesia, mempunyai potensi wisata berbasis desa yang potensial. Wilayah kabupaten Pekalongan terdiri berasal dari pegunungan di sisi Selatan dan pesisir pantai di sebelah Utara. Di dua lokasi ini lebih banyak bersifat pedesaan. Di sejumlah desa mempunyai sejumlah keunikan, baik berasal dari sisi kemasyarakatan maupun alam.

Desa wisata di Kabupaten Pekalongan mutlak diperhatikan karena wilayahnya yang secara geografis terdiri berasal dari lokasi pegunungan dan pesisir. Di dataran tinggi, terkandung objek wisata alam yang menarik seperti Curug Bajing, Curug Muncar, wisata air yang bersumber berasal dari alam, dan lainnya.

Sedangkan di lokasi pesisir, terkandung terhitung objek wisata alam seperti Pantai Depok Indah, Pantai Trisik, dan wisata lainnya. Namun demikian, lokasi pegunungan mampu dioptimalkan terdahulu yang kemudian mampu diikuti dengan objek lainnya. Keramahan penduduk dan kondisi sosio-keagamaan penduduk sangat menolong untuk dikembangkan desa wisata halal. Sebab mayoritas penduduk slot gacor depo 10k beraga Islam. Hal demikianlah terhitung sejalan dengan tagline yang dirumuskan oleh Pemerintah Kabupaten, yaitu “Kota Santri”.

Di objek wisata yang ada, sudah meraih perhatian berasal dari pemerintah area dan pemeritah desa, tetapi menurut penulis masih mampu dimaksimalkan kembali. Penataan infrastruktur dan tata kelola pariwisata mesti ditingkatkan. Dengan upaya ini diharapkan mampu menggenjot kunjungan wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.

Potensi wisata yang tersedia di Kabupaten Pekalongan kecuali tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka cukup disayangkan. Sebab, pariwisata diakui sebagai sektor yang mampu berdampak ganda terhadap sektor lain. Pariwisata mampu berdampak secara positif berasal dari sisi ekonomi, politik, lingkungan, apalagi budaya.

Salah satu anggota pariwisata yang mampu dikembangkan adalah desa wisata, apalagi mampu menyita rencana desa wisata halal (halal village tourism) sebagaimana sudah dikembangkan di Desa Setanggor Lombok Nusa Tenggara Barat. Atau, agar sejalan dengan pembangunan daerah, maka mampu menyita model desa wisata halal berkesinambungan (sustainable village halal tourism).

Penyiapan Infrastruktur Desa Wisata Halal Berkelanjutan

Untuk membentuk destinasi wisata yang komprehensif, maka mesti dipenuhi komponen wisata yang secara umum terdiri berasal dari tiga aspek, yaitu atraksi, akses, dan amenitas. Dalam, pertumbuhan pariwisata selanjutnya komponen ini sudah bertambah.

Jika desa sudah jadi atraksi yang menarik, maka selanjutnya dijalankan penataan infrastruktur, lebih-lebih terhadap tiga aspek tersebut. Pada aspek atraksi, mesti disempurnakan dengan sarana ibadah, makanan dan minuman khas area yang halal. Pada aspek akses, perbaikan jalur dan petunjuknya dihidangkan secara baik. Ketersediaan amenitas amenitas bersifat akomodasi yang cukup seperti homestay.

Penyediaan sarana ibadah dan makanan halal mampu dikemas dengan rencana wisata halal, yang mampu dimengerti sebagai satu rencana wisata yang berupaya mencukupi kebutuhan wisatawan muslim. Meskipun rencana wisata ini tidak khusus diperuntukkan bagi wisatawan Muslim saja, tetapi terhitung bagi wisatawan Non-Muslim. Dalam parakteknya, nilai-nilai Islami, syariah, dan halal diwujudkan di destinasi.

Konsep wisata halal ini sangat sesuai dengan era baru pasca pandemic Covid-19. Sebab, wisata ini menghormati tinggi spiritualitas, kebersihan, keamanan & kenyamanan, dan lainnya. Sebagai contoh, di destinasi kebutuhan wisatawan akan sarana ibadah dipenuhi dengan baik, kejelasan makanan halal sebagai amenitas terhitung terwujud. Dengan amenitas dan sarana wisata yang cukup bagi wisatatawan, maka akan berdampak positif, seperti tingkat kunjungan, kepuasan pengunjung, kunjungan kembali (retension), dan lainnya.

By admin 8